Sersan, Serius Tapi Santai Bersama Kakak-kakak Lc

Universitas al Azhaar yang dikenal sebagai universitas paling sepuh di dunia, pada tahun ini kembali menelorkan sarjana-sarjananya. Jasa al Azhar terhadap peradaban Islam sangat besar. Lebih dari seribu tahun umurnya namun hingga hari ini al Azhar masih eksis mengkader dan mendidik umat. Berbondong-bondong mahasiswa dari berbagai belahan Negara datang ke Bumi Kinanah belajar di kiblat ilmu, di al Azhar Asyarif.

Alhamdulillah berkat izin Allah ta’ala delapan putra-putri terbaik santri al Hikmah yang belajar di universitas al Azhar, pada tahun ini berhasil merampungkan s1 mereka. Pada jum’at, 5 desember 2014 pengurus Forum Al Hikmah Mesir mengundang mereka untuk sharing bersama adik-adik kelas dengan tujuan motivasi dan berbagi pengalaman. Acara ini kemudian dinamakan bincang sersan, serius tapi santai. Dikarenakan bebrapa dari mereka telah kembali ke tanah air atau kesibukan yang tidak bisa ditinggalkan, maka hanya empat dari mereka yang bisa mengikuti acara.

Acara bincang sersan ini dimoderatori oleh Maz. Tanto dan Maz. Nadzif, perpaduan antara mahasiswa lama dan mahasiswa baru. Sedangkan tamu undangan yang bisa hadir ini adalah, Ust. Hasan Saiful Rijal Lc, Ust. Ahmad Musyadad Lc, Usth Uly Ni’matil Izzah Lc dan Usth Bintu Syaifa Lc. 

Pada awal bincang santai ini, Mas Tanto mengenalkan mereka kepada adik kelas bahwa keempat kakak kelas kita adalah orang-orang hebat yang patut kita teladani dan ikuti jejaknya. Mereka semua peraih beasiswa dan lulus tepat waktu. 

Beberapa catatan menarik dari hasil bincang santai kemaren adalah ketika mereka menjawab pertanyaan Maz. Nadzif tentang sistem belajar yang mereka terapkan. Usth. Uly menjawabnya dengan jawaban yang singkat namun sangat mengena. Dia mengatakan, “kita harus memahami karakter belajar kita masing-masing karena azhar tidak menuntut kehadiran kita dalam kelas. Tidak ada absen kehadiran. Dengan memahami karakter belajar kita, kita akan nyaman dalam belajar.” 

Ust. Hasan menambahkan, “Dalam belajar tidak boleh dipaksa” 



Perbincangan semakin menarik ketika Usth. Bintu menimpali jawaban pertanyaan ini dengan lebih terperinci. Beliau yang seharusnya sudah mendapatkan beasiswa sejak di indonesia dan langsung tinggal di asrama karena berhasil lolos di tes sifarah, terpaksa meninggalkan beasiswa tersebut dan memilih terjun bebas dan kembali mencari beasiswa setelah dia sampai di Mesir. Beliau mengatakan, “Di tingkat pertama, motifasi paling besar saya adalah bagaimana caranya biar kembali mendapat beasiswa . Satu-satunya jalan agar memperolehnya adalah dengan mendapatkan nilai yang bagus. Saya merangkum semua maddah yang akan diujikan dan membacanya kembali serta menghafalnya.” Dengan sistem yang diterapkan seperti itu akhirnya di tingkat pertama beliau mendapatkan nilai jayyid dan berhak mendapatkan beasiswa. Di tingkat dua dia mendapat nilai jayyid jiddan. Tingkat tiga kembali jayyid dan nilai tarakum di tingkat akhir adalah jayyid jiddan. 
Jawaban terakhir adalah dari ust. Syadad. Jika jawaban sebelumnya berkaitan dengna hal-hal yang berkaitan dengan sistem belajar, maka dia mengatakan kalau dirinya satu minggu sebelum ujian, dia meminta doa kepada orang-orang hebat yang dia punya. Dia menelpon Abah Mukhlash, Mom Yuni, Ust. Asyari dan yang lainya. Satu hal yang tidak boleh ditinggalkan oleh seorang muslim adalah doa. Sepintar apapun dan sesistematis apapun cara belajar kita, kita tidak boleh meninggalkan doa. Harus seimbang antara usaha dan doa. Dia juga menambahkan bahwa salah satu yang memotivasi belajar adalah dengan mencari musuh yang tangguh untuk ditaklukan. Dia menjadikan salah satu temannya untuk bisa dilampaui.

Acara semakin malam semakin menarik dan asyik. Para peserta dengan penuh antusias menanggapi pemaparan nara sumber dengan menimpali pertanyaan-pertanyaan. 

Di akhir acara, pengurus membagikan sertifikat kepada semua nara sumber dan juga kepada para anggota forum yang mendapkan nilai tafawwuq

Previous
Next Post »