AKULAH MASISIR, bukan inilah AL AZHAR


القاهرة إذا لم تقهرها, قهرتك

Al azhar adalah sebuah masjid besar nan bersejarah, sejak dulu terkenal di negara Mesir dan seluruh dunia, didirikan oleh jendral Daulah Fatimiyah Jauhar As Siqly pada tahun 979 M, karena masjid ini menjadi pusat pengembangan peradaban Islam di Mesir, dengan kegiatan kajian semua ilmu pengetahuan Islam di Ruwaq atau bilik - bilik yang ada didalam Jami Al Azhar.
 Seiring berjalanya waktu sejak awal mula berdirinya Jami Al Azhar sampai sekarang, Al Azhar sudah berkembang menjadi universitas besar dan mendunia, dimana dulu hanya sekedar bilik-bilik sederhana, sekarang sudah berubah menjadi gedung megah yang menyejarah di berbagai kota Mesir. Al Azhar sekarang tidak hanya memberikan fasilitas pendidikan agama Islam semata, namun juga semua ilmu penegetahuan umum, mulai dari  bidang kedokteran, ekonomi sampai social politik. Karena sekarang Al Azhar ingin mengaktualisasikan Islam sesuai perubahan dan perkembangan zaman saat ini.
 Al Azhar telah melahirkan banyak ulama besar dan terkenal
di seluruh dunia.  Ulama dan pakar ilmu pengetahuan Islam yang berperan besar, penting serta universal dalam setiap perubahan zaman dan perkembangan kehidupan suatu bangsa. Tidak hanya berperan dalam sisi pendidikan agama islam, namun mencakup semua lini kehidupan seperti sosial budaya, ekonomi dan politik, selaras dengan prinsip Islam Rahmatan Lil Alamin (Rahmat untuk alam semesta).
Peranan para ulama – ulama lulusan Al Azhar juga bisa kita lihat dan kita rasakan di negeri kita sendiri Indonesia. Banyak dari mereka yang telah memberi pengaruh positif dan perubahan yang lebih baik dari sebelumnya. Kontribusi mereka hampir sama dengan para ulama – ulama dari Al Azhar di setiap negara yang mereka singgahi atau mereka berasal, yaitu dalam setiap lini kehidupan.
Sejak dulu hingga sekarang mereka layaknya pelita Islam ditengah gelapanya kehidupan  yang fana, setetes air jernih di padang gurun pasir nan gersang. Contoh dari mereka adalah Prof. KH. Said Agil Al Munawwar. MA   menteri agama di Indonesia, Dr. Quraisy Sihab dengan karangan tafsir Al Misbahnya, Dr Syukri Zarkasyi pimpinan pesantren Gontor Ponorogo dan masih banyak lainya, termasuk yang tidak dikenal banyak oleh kalangan umum di Indonesia.
Sungguh kita sebagai warga negara Indonesia patut berbangga diri atas prestasi dan pencapaian mereka dibidang ilmu pengetahuan dan peradaban Islam. Apalagi  kita yang sedang menuntut ilmu dengan para ulama Al Azhar, di bumi para Nabi dan negeri seribu menara, seharusnya kita semua bersyukur dan bangga karena telah bisa mengikuti jejak para ulama Indonesia terdahulu, belajar agama di pusat keilmuan dan peradaban islam yang telah mendunia, dengan harapan mampu meniru atau melebihi mereka dalam bidang keilmuan juga bisa berkontribusi dalam perubahan bangsa Indonesia nantinya.
Namun kebanggaan yang selama ini kita miliki dan kita sematkan pada diri kita yang kemudian bisa menjadi pembakar semangat dalam menuntut ilmu di Al Azhar, tak berpengaruh apa – apa dalam kehidupan kita setelah bersusah payah mengikuti jejak mereka di sini, bumi para nabi, auliya dan ulama. Bahkan kebanggaan ini malah melenakan kita dan menghilangkan keinginan kuat sebagian besar mahasiswa Indonesia di Mesir. Ditambah dengan nama Al Azhar yang telah terkenal dan mendunia, sehingga berlipat-lipat sudah kebanggaan mahasiswa Indonesia di Mesir.
Tidak hanya karena kelenaan kita atas kebanggaan yang kita miliki saat ini, namun juga karena kita yang tidak menyadari betul akan tabiat dan kenyataan mesir sendiri, yang sejak dulu para ulama telah mengingatkan kepada generasi penerus dan penuntut ilmu di Mesir. Kita lupa bahwa  القاهرة إذا لم تقهرها, قهرتك   (al qohiroh  atau kairo jika kau tak menariknya maka engkau akan ditarik olehnya).  Ini juga yang membuat kita lebih terlena oleh Mesir dalam sisi kenyamanan dan keindahanya, sehingga kadang atau bahkan sampai melupakan tujuan awal kita sebagai penuntut ilmu di Al Azhar.
Maka sekarang ucapkan AKULAH MASISIR, bukan inilah AL AZHAR, seperti saat Abu Dzar Al Ghifari sahabat nabi yang menyatakan keislamanya  di hadapan pemuka Quraisy, dengan lafadz dua kalimat syahadat, penuh keyakinan dan kemantapan hati, tanpa ada keraguan sedikitpun. Menggetarkan hatinya dan menggugah seisi alam semesta. Hal inilah yang harus kita tunjukan kepada dunia dan bangsa Indonesia. Bukan mengatakan inilah Al Azhar tempat kami menuntut ilmu, namun lihatlah aku yang akan menjadi Azhari sejati, cahaya pelita bangsa dan negeri.
Sekarang, bukan saatnya kita mahasiswa Indonesia Mesir sebagai calon Azhari sejati di masa depan, merasa bangga dengan nama dan prestasi universitas Al Azhar selama ini, namun kita masisir harus melihat para ulama besar, lulusan Al Azhar yang telah berkontribusi besar, nyata dan benar, lalu mencoba dan terus berusaha agar bisa mengikuti jejak mereka dalam menegakkan kalam ilahi, di bawah naungan dan keridhoan pencipta hakiki. Serta turut andil dalam menghilangkan kebodohan dan keterbelakangan peradaban bangsa, sehingga bisa menjadi khalifah sejati di muka bumi ini, sesuai takdir yang telah digariskan oleh Allah swt saat ini.

By: Hmm

Previous
Next Post »