Panglima Perang Paling Agung Sepanjang Zaman

“Berjaga pada sebuah malam yang dingin di tengah peperangan, lebih aku sukai daripada berada di sisi seorang gadis di malam pengantin”

عجزت النساء أن يلدن مثل خالد

Kalimat agung yang pertama adalah kalimat bersejarah dari sosok panglima ini. Sementara kalimat keduanya adalah komentar dari Sayidina Abi Bakr tentang panglima ini. Dia hidup di tengah keluarga terhormat. Ayahnya adalah Al Walid ibn Mughirah salah satu tokoh berpengaruh Quraisy paling kaya yang memiliki emas, perak, hamparan kebun yang luas, budak dan jawari. Jatah penutup ka’bah yang seharusnya dibagi kepada para pemuka Quraisy, ia jadikan satu tahun oleh dirinya sendiri dan tahun berikutnya patungan oleh orang-orang Quraisy yang lain. Di saat musim haji, dia menyalakan api di malam hari untuk menerangi para jamaah haji. Dia terkenal dengan orang terhormat lagi kaya raya. Di lingkungan keluarga seperti inilah panglima agung ini lahir dan tumbuh dewasa.

Dia masih muda ketika seorang Quraisy dari Bani Hasyim mendeklarasikan dirinya saebagai seorang Rasul. Para pemuka Quraisy banyak yang memusuhinya tak terkecuali ayahnya ini. Dia yang masih muda melihat pengaruh yang dibawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam akan menggeser posisi keluarganya. Diapun ikut memusuhi sang Rasul.

Tubuhnya besar dan tegap. Kulitnya putih berwibawa. Secara fisik dia mirip dengan sahabat mulia ‘Umar ibn Khathab. Orang-orang yang mempunyai masalah pada pengllihatan sering kebingungan membedakan antara dia dan sayidina ‘Umar. Ketika akhirnya masuk Islam dia diberi gelar pedang Allah yang terhunus. Dialah Khalid ibn Walid, panglima perang paling agung yang dimiliki oleh umat Islam.

Kalau bukan karena Islam khalid hanyalah seorang ahli penunggang kuda tingkat suku Quraisy, namanya hanya harum terdengar di Mekah. Namun ketika dia masuk Islam, dia melampau jazirah Arab. Peperangan-peperangan yang ia pimpin telah menjadikan namanya masuk dalam orang-orang yang tidak dilupakan sepanjang sejarah.

Khalid masih kafir ketika terjadi perang Uhud. Dialah yang membalikkan keadaan mujahidin islam yang hampir memenangkan pertempuran berubah menjadi petaka. Dia diberi kepercayaan oleh orang Quraisy untuk memimpin pasukan berkuda. Ketika pasukan pemanah dari kaum muslimin meninggalkan tempatnya tergiur oleh ghanimah yang melimpah, Khalid dengan gagah menyerbu mereka dari belakang. Hampir-hampir dalam penyerbuan pasukan berkuda yang dipimpin oleh Khalid ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terbunuh. Dan inilah satu-satunya pertempuran yang tidak berhasil dikalahkan oleh Khalid dengan membunuh pimpinan lawannya meskipun ia berhasil memporak-porandakan barisan dan memberikkan banyak kerugian.

Setelah peperangan uhud, kehidupan kembali seperti biasa. Dakwah yang dibawa Rasulullah semakin bersinar. Para pemeluknya semakin hari bertambah banyak. Bahkan saudara Khalid sudah dulu masuk Islam setelah perang Badar. Khalid yang cerdas melihat bahwa ajaran yang dibawa oleh Rasulullah adalah ajaran yang bersumberkan dari langit. Akalnya mendorong dia untuk akhirnya masuk Islam.

Setelah masuk Islam, pertempuran pertama yang Khalid ikuti adalah perang Mu’tah. Perang yang terjadi pada tahun 8 H disebabkan oleh terbunuhnya utusan Rasulullah ini, adalah bukti bagaimana khalid betul-betul seorang petarung tangguh. Pada perang ini, panglima utama yang memimpin pasukan adalah Zaid bin Haristah. Kemudian pesan Rasulullah ketika dia gugur maka yang menggantikan adalah Jakfar ibn Abi Thalib dan jika dia gugur maka yang menggantikan adalah Abdullah ibn Rawahah. Wasiat Rasulullah hanya menyebutkan sampai Ibn Rawahah. Kemudaian para pasukan bingung setelah Ibnu Rawahah juga gugur. Akhirnya pasukan menyepakati panglima yang memegang kendali adalah Khalid ibn Walid. Tiga ribu pasukan muslimn harus mengalahkan dua ratus ribu pasukan romawi. Dengan kecerdasan yang dimilikinya, Khalid berhasil menyelamatkan pasukan dan membuat pasukan romawi kalang kabut. Peperangan ini memang tidak sepenuhnya dimenangkan oleh kaum muslimin. Namun setidaknya dengan pukulan yang begitu menyakitkan kepada pasukan Romawi, mereka dan orang-orang Jazirah Arab jadi tahu bahwa umat Islam tidak boleh dipandang sebelah mata. 3000 pasukan melawan 200.000 pasukan tentu bukanlah jumlah yang sebanding. Dan sekali lagi di perang ini Khalid telah membuktikan bahwa dirinya memang seorang panglima tangguh.

Sejak saat itu, tidak ada satu peperanganpun melainkan selalu Khalid menangkan. Bahkan kehebatan Khalid ini sekaligus bisa menjadi fitnah berbahaya bagi orang yang lemah imannya. Kemenangan dalam medan tempur melalui kepemimpinannya dikhawatirkan menjadikan orang mengira bahwa kemenangan itu mutlak dikarenakan oleh Khalid. Umar yang firasatnya tajam, kelak memacatnya di saat Khalid sedang berada di puncak kejayaannya sedang memetik buah kemenangan paling gemilang.

Selain fitnah kehebatan Khalid yang bisa menggoncang keyakinan orang yang lemah iman, satu alasan yang menyebabkan khalid dipecat adalah karena tangannya terlalu ringan untuk mengayunkan pedang pada musuh untuk dibunuh.

Kisah pembunuhan Malik ibn Nuwairah bisa membantu kita untuk melihat betapa Khalid adalah orang yang sangat ringan tangan.

Waktu itu, gerakkan penolakkan zakat dan munculnya para Nabi palsu sedang ramai-ramainya. Sang Khalifah mengirimkan pasukkannya untuk mengajak mereka kembali ke Islam. Banyak dari mereka yang bertaubat dan tidak sedikit pula yang akhirnya diperangi setelah mauidzah, peringatan dan ajakkan taubat tidak mereka hiraukan.

Malik ibn Nuwairah adalah pimpinan Bani Tamim, salah satu kabilah yang menoak zakat setelah Rasulullah wafat.
Setelah berhasil mengajak kembali salah satu kabilah untuk bertaubat dan membayarkan zakatnya, Khalid ibn Walid, oleh sang Khalifah ditugasi untuk membantu Ikrimah ibn Abi Jahl memerangi Musailamah al Kadzab pimpinan Bani Hanifah yang mengaku Nabi.

Namun dalam perjalanan menuju Yamamah tempat Bani Hanifah tinggal, Kahalid mengambil jalan untuk merampungkan pemberontak yang menolak zakat terlebih dahulu. Yang dituju Khalid adalah Malik ibn Nuwairah. Dia yang sebelumnya bergabung dengan Sajah, wanita yang mengaku Nabi namun akhirnya dikhianati dikarenakan Sajah berkoalisi dengan Musailamah bahkan mereka berdua menikah dengan mahar dari Musailamah berupa pembebasan shalat Subuh dan shalat Isya bagi para pengikutnya. Musailamah juga menyerahkan hasil bumi Yamamah untuk Sajah. Setelah menerima pemberian dari Musailaham, Sajah kembali ke Negeri asalnya Taghlib di wilayah Syams.

Malik ibn Nuwairah dalam kondisi bingung. Di satu sisi dia dianggap pembangkang oleh pemerintah khalifah, sementara di sisi yang lain dia juga bermusuhan dengan Bani Hanifah pimpinan Musailamah. Di tengah kebingunagan tersebut datanglah pasukan Khalid.

Salah satu aturan yang harus ditaati Khalid setiap kali melakukan penyerangan adalah lapor kepada sang Khalifah. Dengan jelas sang Khalifah memerintahkan Khalid untuk membantu Ikrimah memerangi Musailamah al Kadzab. Namun Khalid berinisiatif menuju Malik ibn Nuwairah sebelum mendatangi Yamamah.

Beberapa sahabat yang bersama Khalid sebenarnya tidak setuju dengan apa yang direncanakan. Namun Khalid tetap dengan pendiriannya dan teguh dengan prinsipnya. Para sahabat yang bersama Khalid pun akhirnya mengikutinya setelah tertinggal dua hari. Setelah sampai di tempat Malik ibn Nuwairah, Khalid berhasil membujuk orang-orang bani Tamim. Banyak di antara mereka yang akhirnya kembali kepada Islam dan mau membayarkan zakat. Namun tidak demikian dengan Malik ibn Nuwairah sebagai pimpinannya. Akhirnya Khalid memerintahkan kepada anak buahnya untuk menghadirkan Malik ibn Nuwairah secara paksa menghadap dirinya.

Dibentaklah habis-habisan Malik ibn Nuwairah oleh Khalid. Dia mencelanya atas persekutuannya dengan Sajah ibn Harits, “Dan apakah engkau tak tahu, “ cecar Khalid, “Bahwa shalat dan zakat selalu disandingkan?”

“Begitulah kata sahabat-sahabat kalian,” ujar Malik pasrah.

“Oh,” tukas Khalid, “Kalau begitu mereka memang sahabat kami dan bukan sahabatmu!” Khalid kemudian berpaling kepada salah satu sahabatnya. “Pancunglah orang yang telah keluar dari agama dan ketaatan Allah ini!”

Abu Qatadah salah satu sahabat yang membersamai Khalid sangat menyesali tindakan yang dilakukan oleh Khalid ini. Tak sepantasnya Malik ibn Nuwairah dibunuh atas dasar tafsir makna yang diucapkannya. Malik memang sedang di posisi yang sulit. Posisinya tak jelas antara setia kepada Islam dan sebagai pemberontak. Pasalnya dia belum pernah sekalipun mengayunkan pedang untuk melawan.

Abu Qatadah lebih geram lagi dengan tindakkan Khalid sepeninggal Malik ibn Nuwairah. Sebabnya adalah dia menikahi janda yang ditinggal Malik. Tindakkkan Khalid ini menjadi bara fitnah di tengah kaum muslimin. Desas-desus tersebar di mana-mana.

Kejadian ini akhirnya sampai juga di telinga Umar ibnn Khathab. Mendapat laporan dari Abu Qatadah, Umar segera menyampaikan hal ini langsung kepada Sang Khalifah. Dia mendesak agar sang Khalifah segera memecat Khalid. Tindakkan Khalid sudah sangat keterlaluan. ‘Umar menyadari betul bahawa keputusan yang diambil Abu Bakr memang keputusan yang sangat jitu.

Ya, dulunya ‘Umar menentang kebijakkan perang ini. Kini dia menyadari ijtihad yang diambil Abu Bakr memang betul-betul jitu. Ia tambah takzim dan hormat kepada Abu Bakr. Kalau bukan karena Abu Bakr tentulah kaum muslimin telah binasa. Satu demi satu, orang-orang yang murtad dan orang-orang yang menolak zakat telah diperangi dan dikalahkan.

Tetapi pedang Khalid terlalu tajam dan tangannya terlalu ringan mencabut nyawa manusia. ‘Umar melihat pemecatan Khalid adalah suatu keharusan. Namun semua keputusan tetap berada pada sang Khalifah. Abu Bakr lebih memilih membayarkan diyat dan tetap membiarkan Khalid menjadi panglima perang. Langkah ini diambil mengikuti Rasulullah yang dulu pernah membayarkan diyat semua kaum yang telah menyerah namun tetap dibunuh oleh Khalid. Pun demikian dia juga akan membayarkan diyat dan semua kerugian yang dilakukan oleh Khalid. Dia membiarkan pedang Allah yang terhunus itu menyelesaikan tugasnya.

Perluasan wilayah Islam masih berlangsung. Khalid memimpin pasukan. Tujuan pertamanya adalah Iraq untuk menghadapi negara kuat waktu itu yaitu negara Kisra. Di sana dia memaulai rangkaian perangnya dan menggetarkan hati para musuh.

Setelah Kisra selesai, datanglah perintah dari Amirul Mu’minin untuk menuju ke Syams. Khalid beserta pasukannya segera melaksanakan perintah tersebut.

Dan perang demi perang dilalui oleh Khalid hinga akhirnya dia mencapai puncaknya. Di saat dia berada di puncak, datanglah surat pemecatan dari Khalifah ‘Umar yang baru menggantikan Khalifah Abu Bakr. Dengan hati lapang Khalid menerima keputusan tersebut dan dialah panglima perang yang tidak pernah terkalahkan dan syahid di atas ranjangnya. Rahimakallahu ya Aba Sulaiman.

Oleh: Sutanto

                                                            
Previous
Next Post »