Abdeen Palace, Istana impian para Khediv
  
Petron Metro Ataba terlihat sangat ramai saat saya membeli tiket menuju stasiun Metro Mohamed Naguib. Benar saja, ketika metro datang pintu yang terbuka tepat di depan saya, hanya menyisakan space untuk dua orang. Kebetulan badan saya termasuk kategori langsing sehingga dengan mudah menylinap, walaupu harus bergulat dengan orang Mesir, dengan posisisi berdiri dan sepanjang jalan dipaksa menghirup aroma semerbak kombinasi bau keringat puluhan orang. Maklum hari Ahad merupakan awal masuk kerja rata-rata perkantoran di Mesir. Untungnya, stasiun yang saya tuju hanya berjarak satu pemberhentian.

Rencananya, hari ini saya akan menyusul dan bergabung dengan Klub Pecinta Sejarah Masisir bernama Kupretist du Caire mengunjungi Istana dan Musium Abdeen di Downtown. Sebelumnya, saya tak bisa langsung berangkat bersama, karena tepat di pagi hari masih harus menyelesaikan ujian dari 09.30-11.00. Setelah ujian, saya langsung bergegas menyusul mereka karena takut ketinggalan penjelasan langsung dari Guide yang diminta tolong oleh Ustadz Ahmad Shabir. Beliau merupakan pengelola Fanspage dari Al-Muizz Street yang merekomendasikan dan mengajak kami menjelajahi Abdeen Palace.

Sampai di depan Gerbang Barat Istana, saya sempat tersesat karena ternyata itu bukan pintu Musium, melainkan pintu gerbang untuk pegawai pemerintahan. Tentara yang berjaga langsung menghampiri, lalu menunjukan arah yang saya maksud. Ternyata letak pintunya ada di gerbang bagian Timur. Cukup jauh jarak menuju gerbang yang dimaksud dan butuh 10 Menit berjalan kaki dari tempat asal.

Pembelian tiket masuk diperoleh di luar gerbang sebelum masuk pintu utama dan pemeriksaan. Untuk ukuran Istana yang sangat megah, harga tiketnya lumayan Murah. Tiket masuk untuk pelajar Asing dengan kartu pelajar (kerneh) seharga 10 Le, sedangkan untuk wisatawan Asing seharga 20 Le. Sedangkan bagi pengunjung yang membawa kamera, dikenakan biaya tambahan sebesar 5 Le. Kesan pertama saat saya membeli tiket, petugasnya cukup ramah dan santun. Saat saya mengucap salam dan sebelum meminta tiket, dia menjawab salam dengan senyum, lalu berkata, "Ahlan wa shalan, Ada yang bisa kami bantu?". Sejurus, saya langsung meminta 1 tiket untuk pelajar. Yang saya salut dari sikapnya adalah sikap keramahan dan tanpa curiga, karena tanpa meminta menunjukan kartu kerneh (saya sengaja tak menunjukannya), dia langsung memberikan tiketnya. Kemudian saya berterima kasih dan berkata, "Ana gay hina ma'a magmu'ah Ustadz Shabir", ia menjawab, "Oh iya, temanmu sudah berada di dalam sejak tadi, sebuah kehormatan bagi kami, kalian berkunjung ke sini". Percakapan kami tutup dengan berbalas doa dan salam.

Pintu gerbang Timur didesain cukup indah dengan arsitektur khas Renaissance , melihatnya mengigatkan kita akan gerbang istana dan kota ala Perancis. "Hemm, luarnya saja sudah keren gini, apalagi dalamnya."pikirku. Setelah melewati pintu pemeriksaan dan sampai di halaman istana, saya langsung kagum melihatnya. Bagaimana tidak, pavilium-pavilium yang indah dan gedung istana ala Eropa dipadu dengan taman hijau yang cukup asri dan bersih, membuat siapa saja kerasan dan nyaman. Hal ini membuat pengunjung serasa sedang menjejakkan kaki di Benua Eropa. Rasa kerasan seperti di Benua Biru inilah, yang menjadi tujuan utama Khedive Ismail membangun istana Impiannya.

*****

Khedive yang bernama lengkap Ismail Pasha merupakan anak dari Ibrahim Pasha dan Khusyair khanim. Ia juga seorang cucu dari wali besar yang memperkenalkan Mesir pada kemodernan, Muhammad Ali Pasha.

Istana ini berdiri di lahan yang cukup luas. Menenpati daerah yang dulu pernah menjadi rumah seorang Amir Utsmani bernama Abidin Bek. Dari sinilah, awal mula istana ini disebut dengan Qasr Abidin atau Abdeen Palace.

Abdeen mulai dibangun oleh Khedive Ismail tahun 1863, berlanjut selama 10 tahun dan selesai tahun 1874 bersamaan dengan upacara peresmian serta pindahnya keluarga kerajaan, dari Benteng Shalahudin ke Istana yang baru, Abdeen. Pembangunan Istana dipimpin oleh Arsitek kenamaan Perancis, Rousseau dan dibantu oleh banyak arsitek dari Mesir, Itali, Perancis dan Turki dalam mendekorasi setiap ruangan. Hasilnya, Istana ini menjadi prototype kombinasi seni arsitektur ala Mesir kuno, Renaissan, Baroque, Roccoco dan Islam. Ini bisa dilihat dari banyaknya Aula yang mempunyai Arsitektur berbeda-beda dan punya fungsi tersendiri. Semisal Aula Belgia, didesain dengan konsep Baroque yang sangat kental, mulai dari dinding, lukisan, langit-langit hingga perabotan. Tahun 1921, Raja fuad I berinisiatif membangun taman tambahan yang membuat halaman istana semakin luas dan asri.


Abdeen merupakan impian Khedive Ismail yang terwujud. Dalam pernyataannya yang terkenal, ia berambisi menjadikan Kairo bukan lagi bagian dari Afrika, melainkan bagian dari Eropa. Ia memulai proyek besarnya dengan membangun Istana yang dikelilingi kawasan kota yang ala Eropa yang penuh taman. Mega proyeknya digarap dengan membangun 3 kawasan seperti Downtown, Garden City dan Dokki. Kawasan Elit yang mengapit Nil ini nantinya akan dihuni para bangsawan mesir, kolega dagang dan tamu dari negara sahabat, khususnya Eropa. Impiannya tercapai, bersamaan degan upacara peresmian pembukaan Kanal Suez. Saat itu, Sang Khedive mengundang seluruh negara sahabat dan para raja Eropa untuk menghadiri acara tersebut. Berkat usahanya, para tamu sangat betah tinggal di Kairo yang ia sulap penuh taman dan air mancur ala kota di Eropa.

Istana yang terdiri dari 3 lantai ini, sekarang terbagi menjadi 2 bagian. Bagian barat yang menjadi komplek pemerintah dan masih digunakan untuk acara kenegaraan hingga saat ini. Sedangkan komplek Timur yang dijadikan sebagai Musium. Di dalam komplek istana sendiri, ada bayak museum yang kita bisa dijelajahi, mulai dari museum persenjataan, militer, perhiasan, mendali, dokumen,hadiah dari kerajaan sahabat hingga museum yang menyimpan koleksi perabotan terbuat dari emas dan perak. Karena keindahan dan kemegahannya, para Khedive dan sultan selanjutnya tetap menjadikan Abdeen sebagai tempat tinggal dan pusat pemerintahan pada masa setelahnya. Walaupun para Khedive dan Sultan selanjutnya membangun Istana mereka sendiri, Abdeen selalu menjadi Istana impian dan simbol kebanggaan semua raja.

*****
Tour rombongan berakhir saat sampai pada Musium Perabotan emas dan perak kerajaan. Namun sebelum berpisah, Guide menambahkan bahwa masih ada banyak ruangan di lantai 2 dan 3 yang sangat indah. Sayangnya ruangan tersebut, terpisah dari paket museum, untuk ke sana kami harus membeli tiket lagi dan harganya cukup mahal bagi kantong pelajar, sekitar 350 Le untuk pelajar Asing dan 200 Le untuk orang Mesir. Sehingga kami memutuskan untuk tidak memasukinya. Tapi rasa penasaran masih mengelayut di pikiran, kenapa harganya setinggi langit, pasti di dalamnya menyimpan koleksi yang lebih berharga. Pemandu menambahkan, bahwa di dalamnya terdapat banyak ruangan khusus yang didesain dengan arsitekter berbeda, antara ruangan satu dan yang lainnya. Selain itu temboknya dipenuhi lukisan, pahatan dan patung yang dicampur dengan emas dan permata. Pantas saja, kalau Abdeen dijaga cukup ketat, apalagi saat politik sedang menghangat, puluhan tentara akan sangat mudah ditemui berjaga membuat pagar betis di depan Istana. Kalau tak dijaga ketat, bisa dirampok dan dijarah Istananya, sama seperti nasih musium-musium di provinsi.

Karena masih penasaran dengan bentuk ruangan dengan tiket masuk yang selangit itu. Ditambah saku yang hampir kering, saya berinisiatif meminta gambar dalam ruangannya ke Mbah Google dan sebuah video documenter dari Paman Youtube. Ternyata misi berhasil mendapatkan beberapa photo dan satu video. Selebihnya adalah foto hasil jepretan sendiri. Musium ini sangat cocok menjadi destinasi liburan musim panas. Karena semua ruangan dalam Istana ber-AC, selain itu halaman taman Istana cukup rindang untuk bersantai. Selamat berlibur!
— di Abdeen Palace.
Previous
Next Post »

1 komentar:

Write komentar
Miftah Wibowo
AUTHOR
3 Juli 2014 pukul 06.47 delete

Hehee.. Akhirnya diposting juga :D

Reply
avatar