Kairo, Mesir - 22 Februari, selepas shalat
Maghrib berjamaah, Forum al
Hikmah Mesir mengadakan acara dwi mingguan. Acara pada hari ini berbeda dengan
acara dwi mingguan sebelumnya, acara kali ini diisi dengan pelatihan
kepenulisan. Hawa dingin kairo masih lembut menyelimuti kota, mungkin itu yang
menyebabkan beberapa anggota forum enggan melepas hangat selimut di kamar, untuk
mengikuti acara dwi mingguan Forum atau ada kesibukan yang tak bisa
ditinggalkan.
Acara dibuka dengan pembacaan al fatihah , dilanjutkan dengan sambutan dari
ketua Forum Al Hikmah Mesir, sdr. Dede Suandi. Ketua Forum Al Hikmah menyambut dengan antusias atas diadakannya acara seperti ini, geliat
menulis dunia Masisir mulai
terkikis seiring berjalannya waktu. Menulis merupakan kegiatan yang tidak dapat
dipisahkan dari kalangan akademisi,
terutama mahasiswa. Sebagai seorang mahasiswa apalagi mahasiswa Timur Tengah yang notabene buku mudah didapat dan melimpahnya sumber referensi,
seharusnya membuat kita bisa menelurkan sebuah karya.
"Menulis untuk keabadian" ungkap Ade Gumilar,
menukil dari perkataan Pramudiya Ananta Toer. "Dengan menulis kita bisa
mengabadikan nama kita" sambung pria berkacamata yang gemar ngupret
ini untuk membuka
acara pelatihan kepenulisan malam itu. Setelah membacakan curriculum vittae
pemateri, sang moderator, Ade Gumilar, mempersilhakan pemateri memaparkan isi makalah yang sudah
berada ditangan peserta.
Zulfahani
Hasyim yang menjadi pemateri memang sudah terkenal dikalangan Masisir. Beliau pernah menjabat sebagai pimpinan umum buletin Terobosan dan
sekarang menjadi editor pada buletin tersebut. Dalam menulis kita bebas
menuangkan ide-ide kita kedalam tulisan, kita bebas berimajinasi dan tanpa
batas. Menulis berkaitan dengan kerja otak kanan, otak kanan bebas berimajinasi,
tak suka aturan dan bahkan lebih sering menabrak aturan. Berbeda dengan otak kiri yang terpaku pada aturan-aturan
yang baku, sehingga ketika otak kiri berjalan cepat tanpa diimbangi dengan
jalannya otak kanan maka imajinasi menulis dapat tersendat.
Peserta bertambah semangat dengan berjalannya waktu,
penyampaian santai pemateri membuat para peserta enggan meninggalkan acara
bahkan lebih memilih berlama-lama mendengarkan materi yang disampaikan. Ia menyelingi penyempaian materinya dengan slengekan-slengekan
lucu yang membuat peserta tertawa terbahak-bahak.
Menulis juga merupakan proses kreatif yang menuntut
seorang penulis untuk berimajinasi, Orhan Pamuk seorang penulis asal Turki menjadi
sangat terkenal berkat imajinasi beliau yang belum tersentuh banyak orang.
Beliau punya novel yang sudah diterjemahkan kedalam berbagai bahasa yang
berjudul My Name is Red, novel yang berkisah tentang pembunuhan yang melibatkan
banyak hal, dan tokoh dalam novel tersebut benda-benda mati yang bercerita
tentang proses terjadinya pembunuhan.
Dengan berpikir kreatif kita bisa menjadi diri kita, tidak membebek kepada
para penulis terkenal. Jangan pernah berpikir kita menulis untuk jadi penulis,
menulislah seolah tulisan itu kebutuhan pokok setiap hari. Kebanyakan orang
merasa tidak butuh dengan tulisan dan proses menulis itu ya bagi mereka para
penulis buku, novel dan lain sebagainya. Pemahaman keliru ini yang membuat
banyak orang tidak butuh untuk menulis bahkan tak jarang mereka acuh, itu
sekelumit yang telah dipaparkannya.
Acara dilanjutkan dengan sesi tanya-jawab, moderator mempersilahkan peserta
untukbertanya kepada pemateri. Beberapa peserta mengacungkan tangan tanda ingin
bertanya. Mood menjadi pertanyaan pembuka kali ini, “mood itu
keterpaksaan” jawabnya. Ciptakan mood
dan jangan menunggu mood datang. Keinginan menulis bisa tercipta dengan
lingkungan yang mendukung, dan tugas yang memaksa untuk menulis.
Pertanyaan lainnya tentang belenggu aturan, yang seolah mengekang
kebebasan imajinasi seorang penulis. Justru dengan aturan itulah tulisan
menjadi terarah dan menjadi enak dibaca. Teori pun ada ketika sebuah karya
tulis tercipta, aturan yang ada menjadi penunjuk jalan bagi para penulis untuk
mencapai sebuah ulisan yang utuh dan enak dibaca.
Masih ada bebrapa peserta yang ingin bertanya namun karena waktu yang mulai larut,
moderator terpaksa menghentikan acara pelatihan kepenulisan ini. Moderator
kembali menyerahkan acara kepada Master of Ceremony, Sdr. Ulum. Acara berjalan lancar sesuai rencana, setelah acara
ditutup hidangan tersaji dan berada ditangan masing peserta. Telur goreng dan
tumis buncis menjadi menu utama untuk menutup acara hari ini, tak ketinggalan
bakwan buatan sodara Abdulatif menjadi pelengkap.
Makalah yang disampaikan oleh Presentator
Menulis dan Proses Kreatif
oleh: Zulfahani Hasyim
Saat saya masih kecil, saya suka
menulis apa saja yang ingin saya tulis. Saya tidak takut dan tidak malu bila
tulisan saya jelek. Dan setelah saya dewasa, dengan semakin bertambahnya ilmu
dan pendidikan saya, justru yang terjadi adalah sebaliknya. Saya selalu takut
untuk memulai sebuah tulisan dan malu bila tulisan saya dibaca orang lain.
Akhirnya saya tidak pernah menghasilkan tulisan apa-apa, karena setiap hendak
menulis saya dihantui rasa takut salah, takut tulisan saya jelek dan
diolok-olok orang, dan takut-takut yang lain.
Ternyata setelah saya memahami
teori otak manusia baik secara fisiologis maupun psikologis, aktifitas menulis
saya pada saat kecil dan setelah saya tumbuh dewasa berkaitan dengan aktifitas
dan perkembangan otak. Otak manusia secara global dibagi menjadi otak kanan dan
otak kiri. Otak kanan bekerja secara kreatif, acak, dan inovativ. Berbeda
dengan saudaranya, otak kiri, dia bekerja secara teratur, sistematis, dan urut.
Otak kanan tidak banyak memberi pertimbangan, sedang otak kiri begitu kritis
dan penuh pertimbangan.
Berkaitan dengan aktifitas
menulis saya tadi, saya mengambil kesimpulan bahwa anak-anak mengalami
perkembangan besar pada otak kanannya, mereka sangat inovativ, kreatif, dan
selalu bertingkah yang absurd. Mereka tak terlalu banyak membuat pertimbangan
dan beraktifitas semaunya saja. Makanya dalam menuliskan sebuah ide dia tidak
pandangan bulu dan tidak terlalu banyak pertimbangan. Setelah si anak tumbuh
dewasa, otak kirinya berkembang seiring jenjang pendidikan yang
mempengaruhinya. Dan dia mulai memikirkan setiap konsekuensi dari tulisannya.
Namun pada akhirnya dia tidak menghasilkan tulisan apapun. Semua berhenti,
bahkan pada satu kata pertama yang belum sempurna.
Ini hanya sebuah cerita
pengalaman saya pribadi, semoga tidak terjadi di pembaca yang budiman. Saya
hanya mencoba mendefinisikan sebuah permasalahan umum dan standar yang biasa
dialami oleh kebanyakan orang di saat mereka mencoba menulis. Permasalah mereka
hanya satu, terbelenggunya proses kreatif dalam menulis.
Tidak ada solusi konkrit untuk
permasalahan ini. Ini menyangkut personalitas setiap orang, bahkan merupakan
hal pribadi. Namun setidaknya kita bisa sama-sama belajar menguraikan masalah
menjadi sebuah masalah yang sederhana sehingga sederhana pula solusinya.
Pertama kita harus yakin
sepenuh hati bahwa menulis adalah proses kreatif. Aktifitas menulis adalah
sebuah kegiatan inovativ yang merupakan tugas otak kanan. Sementara otak kiri
anggap saja seperti polisi lalu-lintas. Dia bertugas mengawasi proses kreatif.
Namun jangan terlalu hiraukan "si polisi lalu-lintas", ikuti
aturannya namun jangan terlalu menurut pada perintahnya. Karena bila kita
terlalu menurut, kita kehilangan improvisasi dalam menulis.
Karena menulis adalah proses
kreatif kita harus selalu berpikir bahwa menulis adalah menciptakan hal baru,
bukan membebek pada hasil karya penulis lain. Saya mendapati beberapa karya
penulis muda muncul berbarengan dengan kemunculan beberapa penulis terkenal seperti
Habiburrahman El-Shirazy, Andrea Hirata, dan Dee, mempunyai kesamaan genre dan
bahkan bahasa. Bahkan ada beberapa penulis yang meniru model-model judul
penulis terkenal, atau menyamakan nama penanya dengan nama penulis-penulis
terkenal. Saya jadi sangsi bahwa mereka sebenarnya menyadari atau tidak bahwa
menulis adalah aktivitas kreatif yang seharusnya menciptakan hal-hal baru.
Penulis haruslah mandiri secara
personal dan pikiran. Penulis yang baik tidak akan bernaung di bawah nama-nama
penulis pendahulunya. Dia memiliki karakter sendiri. Dia hidup dengan bahasanya
sendiri, dan bahkan jika dia menulis, orang yang membaca tulisannya akan cepat
menebak siapa penulis tulisan tersebut meski dia tidak mencantumkan namanya.
Proses Kreatif
Orhan Pamuk, siapa yang tak kenal
Orhan Pamuk? Penulis terkenal asal Turki. Dia dikenal sebagai penulis kreatif
yang pandai "menghidupkan" apa saja. Ditangannya, semua benda mati di
sekitarnya akan jadi hidup dan bercerita banyak. Lewat karyanya yang berjudul "Namaku
Merah" (My Name is Red) dia menceritakan sebuah kisah pembunuhan yang
melibatkan banyak hal. Dan semua tokoh yang diambil dalam novel tersebut adalah
benda-benda mati.
Ini adalah proses kreatif yang
luar biasa, untuk seorang yang hanya mau berpikir biasa. Namun bagi kita yang
mau berpikir "out of the box" kita akan mendapati bahwa proses
kreatif yang dilakukan oleh Pamuk sangat mungkin kita lakukan dan bahkan kita
kalahkan. Kreatif tak harus muluk-muluk. Kreatif justru mencari hal-hal yang
sederhana untuk diubah menjadi hal-hal yang lebih.
Naguib Mahfouz adalah penulis
novel pemenang Nobel Sastra dari Mesir. Cerita-cerita yang dia suguhkan
bukanlah cerita muluk-muluk yang jauh dari jangkauannya. Dia justru mendapat
inspirasi menulis dari lingkungan sekitar rumahnya di kawasan Khan Khalili. Dia
menuliskan anak-anak dan remaja-remaja yang sedang tumbuh menghabiskan banyak
waktu di sekitar gang dekat rumahnya, dan mereka hidup pada masa perubahan
sosial yang radikal di Mesir, dari kehidupan sederhana penuh dengan budaya nenek
moyang, berubah menjadi kehidupan modern yang serba gemerlap dan penuh
kapitalisme.
Ide dan inspirasi ada di sekitar
kita, sedang proses kreatif adalah sebuah kepekaan akan setiap fenomena dan
gerak perilaku sosial yang ada. Kita hidup di era informasi yang sangat cepat
yang sebenarnya sangat mungkin untuk mendapatkan inspirasi sangat orisinal.
Tinggal bagaimana kita mengasah kreatifitas kita. Kreatifitas terletak pada
diri manusia sebagai bagian dari kecerdasan. Kreatifitas itu bukan bakal alami.
Dia bisa dipelajari dan dilatih.
Yang kedua dari solusi
yang bisa kita ambil adalah dengan mencoba sudut pandang lain dari realitas
yang kita temui. Kita tidak bisa memungkiri bahwa jika menulis adalah sebuah
proses kreatif maka menulis adalah bagian dari berpikir. Menurut Abdul Majid,
salah seorang guru di Sekolah Menulis Walisongo, menulis adalah berpikir secara
teratur. Berpikir secara teratur artinya kita mempunyai metode dalam berpikir.
Jika metode ini benar maka seolah-olah di otak kita ada sebuah tulisan yang
tinggal dipindahkan saja ke dalam media tulisan.
Berpikir secara teratur meliputi
pengambilan informasi dari banyak media, misal buku, website, dan lain-lain.
Selanjutnya adalah pengolahan data. Pembaca yang baik adalah yang bisa mengolah
data yang didapat dari buku dan website menjadi beberapa pertanyaan baru yang
tidak terjawab di dalam buku itu.
Dari banyak pertanyaan yang
muncul setelah membaca sebuah buku kita kemudian berusaha mencari jawabannya.
Dari jawaban inilah data-data baru baik fiksi maupun ilmiah muncul, dan
akhirnya kita bisa menuliskannya ke dalam sebuah tulisan sebagai sebuah karya
baru yang orisinal.
Mencari sudut pandang lain bisa
juga menggunakan media tukar informasi dengan kawan dekat kita. Kita bisa
melempar sebuah wacana tentang hal yang ingin kita tulis kepada kawan kita dan
mencoba mendapatkan tanggapannya. Semakin banyak kawan kita yang kita tanyai
tentang sebuah hal, maka semakin kaya kita akan sudut pandang. Dalam penulisan
jurnalistik pemilihan sudut pandang yang tepat akan sangat mempengaruhi
kualitas tulisan.
Seorang wartawan memang dituntut
bukan sekedar mencari berita dan menuliskannya, namun juga dituntut untuk
melihat sebuah peristiwa dari banyak hal, dan nantinya dipilih yang paling
menarik untuk disajikan ke pembaca. Itu kenapa kita akan mendapati sebuah
peristiwa dimuat oleh beberapa media berita dengan pemberitaan berbeda.
Sudah ada ide tapi buntu??
Ini salah satu masalah klasik
yang setiap penulis rasakan. Sebenarnya ini merupakan masalah teknikal saja.
Saya mencoba memberikan sedikit solusi untuk masalah ini. Pertama-tama saya
definisikan dahulu masalahnya.
Kebuntuan dalam menulis
diakibatkan setidaknya oleh dua hal, pertama adalah minimnya informasi tentang
apa yang hendak ditulis, kedua minimnya koleksi kata/bahasa yang dimiliki oleh
penulis yang bisa digunakan untuk mendeskripsikan apa yang menjadi obyek
tulisan.
Bila kejadiannya adalah minim
informasi, penyelesaiannya mudah, cukup dengan membaca banyak hal yang
menginformasikan obyek tulisan dan mencoba memandang obyek dari banyak sudut
pandang, selesai masalah. Namun jika masalahnya adalah minim koleksi diksi
(masalah kedua) maka penyelesaiannya agak lebih susah. Satu-satunya cara yang
bisa diharapkan untuk menyelesaikan masalah kedua adalah dengan memperkaya bacaan
kita. Menurut Ayu Utami, 75% proses menulis adalah membaca. Penulis yang baik
adalah pembaca yang handal. Seseorang yang miskin bacaan akan susah dalam
menulis. Meski ini tidak menjadi standar baku, namun setidaknya seseorang yang
banyak bacaan rasa bahasa dan koleksi diksinya lebih kaya daripada mereka yang
sedikit bacaan. Namun membiasakan menulis yang baik akan melatih kita dalam
menciptakan sebuah kreasi tulisan yang baik pula.
Mengenal
Ragam dan Jenis-jenis Paragraf
Oleh:
Zulfahani Hasyim
Menulis
adalah salah satu kegiatan menuangkan ide dalam bentuk tulisan menggunakan
media bahasa dan alat tulis. Dari situ kemudian menulis dijadikan alat untuk
menyampaikan banyak hal seperti informasi, ilmu pengetahuan, sikap sosial, dan
perasaan ke pihak lain. Dari situlah kita di awal sekolah menulis ini
diharuskan tahu tentang jenis-jenis tulisan yang ada di dunia kepenulisan.
Secara
umum tulisan atau karangan dalam dunia tulis menulis dibagi menjadi 5 jenis
yaitu :
1.
Narasi.
2.
Deskripsi.
3.
Eksposisi.
4.
Argumentasi.
5.
Persuasi.
Satu
persatu akan kita bahas jenis-jenis tulisan tersebut dengan contohnya.
A. Narasi
Secara
sederhana, narasi dikenal sebagai cerita. Pada narasi terdapat peristiwa atau
kejadian dalam satu urutan waktu. Di dalam kejadian itu ada pula tokoh yang
menghadapi suatu konflik. Ketiga unsur berupa kejadian, tokoh, dan konflik merupakan
unsur pokok sebuah narasi. Jika ketiga unsur itu bersatu, ketiga unsur itu disebut plot atau
alur. Jadi, narasi adalah cerita yang dipaparkan berdasarkan plot atau alur.
kejadian dalam satu urutan waktu. Di dalam kejadian itu ada pula tokoh yang
menghadapi suatu konflik. Ketiga unsur berupa kejadian, tokoh, dan konflik merupakan
unsur pokok sebuah narasi. Jika ketiga unsur itu bersatu, ketiga unsur itu disebut plot atau
alur. Jadi, narasi adalah cerita yang dipaparkan berdasarkan plot atau alur.
Narasi
dapat berisi fakta atau fiksi. Narasi yang berisi fakta disebut narasi
ekspositoris,
sedangkan narasi yang berisi fiksi disebut narasi sugestif. Contoh narasi ekspositoris
adalah biografi, autobiografi, atau kisah pengalaman. Sedangkan contoh narasi sugestif
adalah novel, cerpen, cerbung, ataupun cergam.
sedangkan narasi yang berisi fiksi disebut narasi sugestif. Contoh narasi ekspositoris
adalah biografi, autobiografi, atau kisah pengalaman. Sedangkan contoh narasi sugestif
adalah novel, cerpen, cerbung, ataupun cergam.
Pola narasi secara sederhana berbentuk susunan dengan urutan
awal – tengah – akhir.
- Awal narasi biasanya berisi pengantar yaitu memperkenalkan suasana dan tokoh.
- Bagian awal harus dibuat menarik agar dapat mengikat pembaca.
- Bagiantengah merupakan bagian yang memunculkan suatu konflik. Konflik lalu
diarahkan menuju klimaks cerita. Setelah konflik timbul dan mencapai klimaks,
secara berangsur-angsur cerita akan mereda.
secara berangsur-angsur cerita akan mereda.
- Akhir cerita yang mereda ini memiliki cara pengungkapan bermacam-macam.
Ada
yang menceritakannya dengan panjang, ada yang singkat, ada pula yang berusaha
menggantungkan akhir cerita dengan mempersilakan pembaca untuk menebaknya
sendiri.
Langkah
menyusun narasi (terutama yang berbentuk fiksi) cenderung dilakukan melalui
proses kreatif, dimulai dengan mencari, menemukan, dan menggali ide. Oleh
karena itu, cerita dirangkai dengan menggunakan "rumus" 5 W + 1 H,
yang dapat disingkat menjadi:
ADIK SIMBA.
1. (What) Apa yang akan diceritakan,
2. (Where) Di mana seting/lokasi ceritanya,
3. (When) Kapan peristiwa-peristiwa berlangsung,
4. (Who) Siapa pelaku ceritanya,
5. (Why) Mengapa peristiwa-peristiwa itu terjadi, dan
6. (How) Bagaimana cerita itu dipaparkan.
2. (Where) Di mana seting/lokasi ceritanya,
3. (When) Kapan peristiwa-peristiwa berlangsung,
4. (Who) Siapa pelaku ceritanya,
5. (Why) Mengapa peristiwa-peristiwa itu terjadi, dan
6. (How) Bagaimana cerita itu dipaparkan.
Contoh
Contoh narasi berisi fakta:
Soe Hok Gie adalah Orang keturunan China yang lahir pada 17
Desember 1942. Seorang putra dari pasangan Soe Lie Pit —seorang novelis— dengan
Nio Hoe An. Soe Hok Gie adalah anak keempat dari lima bersaudara keluarga Soe
Lie Piet alias Salam Sutrawan, Soe Hok Gie merupakan adik dari Soe Hok Djie
yang juga dikenal dengan nama Arief Budiman. Sejak masih sekolah, Soe Hok Gie
dan Soe Hok Djin sudah sering mengunjungi perpustakaan umum dan beberapa taman
bacaan di pinggir-pinggir jalan di Jakarta.
Sejak masih sekolah, Soe Hok Gie dan Soe Hok Djin sudah
sering mengunjungi perpustakaan umum dan beberapa taman bacaan di
pinggir-pinggir jalan di Jakarta. Menurut seseorang peneliti, sejak masih
Sekolah Dasar (SD), Soe Hok Gie bahkan sudah membaca karya-karya sastra yang
serius, seperti karya Pramoedya Ananta Toer. Mungkin karena Ayahnya juga
seorang penulis, sehingga tak heran jika dia begitu dekat dengan sastra.
Cotoh
narasi berisi fiksi:
“Iyakah hatimu untukku?”
1# Pada malam-malam yang kau
sisakan untukku tak juga aku temukan jawaban pertanyaan itu. Sudah panjang
perjalanan yang kita tempuh. Sudah lama juga jejakmu kuikuti, kumaknai, dan
kuinsafi. Tangan ini kau gandeng dan kau seret masuk dalam hidupmu. Kau jadi
teman, sahabat, rekan kerja, kekasih, dan apa saja buatku. Tapi semua kau
rangkum dalam satu senyum berbingkai diam.
Tanyaku setahun yang lalu
masih sama-sama kita ingat dan belum kau jawab. Dan justru setahun ini kau
banyak bercerita padaku tentang kota tua ini. “Kairo masih punya banyak cerita
untuk kita,” katamu di Café El Fishawi Maydan Husein, setahun yang lalu.
Mendengar kau bercerita
membuatku tak menyadari ada banyak pedagang menawarkan barang di lorong yang
membelah El Fishawi. Anak-anak kecil yang menjajakan tisu dan pelayan-pelayan
yang sibuk melayani pengunjung café seperti terjebak dalam lingkaran waktu yang
membeku. Ya, kau membuat waktu di Kairo berhenti dengan ceritamu tentang Naguib
Mahfouz yang menghabiskan waktu di café tua ini. Mencari inspirasi dan
menuangkan ide dalam banyak karyanya.[1]
Jenis-jenis narasi
- Narasi ekspositorik/informatif
Narasi
ekspositorik adalah narasi yang memiliki sasaran penyampaian informasi secara
tepat tentang suatu peristiwa dengan tujuan memperluas pengetahuan orang
tentang kisah seseorang. Dalam narasi ekspositorik, penulis menceritakan suatu
peristiwa berdasarkan data yang sebenarnya. Pelaku yang ditonjolkan biasanya,
satu orang. Pelaku diceritakan mulai dari kecil sampai saat ini atau sampai
terakhir dalam kehidupannya. Karangan narasi ini diwarnai oleh eksposisi, maka
ketentuan eksposisi juga berlaku pada penulisan narasi ekspositprik. Ketentuan
ini berkaitan dengan penggunaan bahasa yang logis, berdasarkan fakta yang ada,
tidak memasukan unsur sugestif atau bersifat objektif.
Contoh:
-Tulisan-tulisan biografi dan obituari.
-Tulisan-tulisan biografi dan obituari.
- Narasi sugestif
Narasi
sugestif adalah narasi yang berusaha untuk memberikan suatu maksud tertentu,
menyampaikan suatu amanat terselubung kepada para pembaca atau pendengar
sehingga tampak seolah-olah melihat. Ketentuan ini berkaitan dengan penggunaan
bahasa yang logis, berdasarkan fakta yang ada, tidak memasukan unsur sugestif
atau bersifat objektif.
Contoh
narasi sugestif:
Telah
diketahui bersama bahwa pada tanggal 28 November 2011 ini Mesir akan mengadakan
pemilihan umum parlemen. Dengan demikian KBRI Kairo menghimbau kepada seluruh
warga negara Indonesia untuk selalu waspada terhadap kondisi keamanan di
lingkungan tempat tinggal, menghindari tempat-tempat konsentrasi massa, membawa
identitas (paspor/kartu mahasiswa) kemana pun akan pergi, dan tidak melanggar
peraturan Negara Republik Arab Mesir.
- Narasi artistik
Narasi
artistik adalah narasa murni. Tulisan ini banyak dipakai di cerpen, novel, dan
catatan perjalanan.
Ciri-ciri Karangan Narasi
Menurut
Keraf (2000:136)
- Menonjolkan unsur perbuatan atau tindakan.
- Dirangkai dalam urutan waktu.
- Berusaha menjawab pertanyaan "apa yang terjadi?"
- Ada konflik.
Narasi
dibangun oleh sebuah alur cerita. Alur ini tidak akan menarik jika tidak ada
konfiks. Selain alur cerita, konfiks dan susunan kronlogis, ciri-ciri narasi
lebih lengkap lagi diungkapkan oleh Atar Semi (2003: 31) sebagai berikut:
- Berupa cerita tentang peristiwa atau pengaalaman penulis.
- Kejadian atau peristiwa yang disampaikan berupa peristiwa yang benar-benar terjadi, dapat berupa semata-mata imajinasi atau gabungan keduanya.
- Berdasarkan konfiks, karena tanpa konfiks biasanya narasi tidak menarik.
- Memiliki nilai estetika.
- Menekankan susunan secara kronologis.
Ciri
yang dikemikakan Keraf memiliki persamaan dengan Atar Semi, bahwa narasi
memiliki ciri berisi suatu cerita, menekankan susunan kronologis atau dari
waktu ke waktu dan memiliki konfiks. Perbedaannya, Keraf lebih memilih ciri
yang menonjolkan pelaku.
Tujuan
Tujuan
menulis karangan narasi secara fundamental yaitu:
- Hendak memberikan informasi atau wawasan dan memperluas pengetahuan
- Memberikan pengalaman estetis kepada pembaca
Langkah-langkah menulis karangan narasi
- Tentukan dulu tema dan amanat yang akan disampaikan
- Tetapkan sasaran pembaca
- Rancang peristiwa-peristiwa utama yang akan ditampilkan dalam bentuk skema alur
- Bagi peristiwa utama itu ke dalam bagian awal, perkembangan, dan akhir cerita
- Rincian peristiwa-peristiwa utama ke dalam detail-detail peristiwa sebagai pendukung cerita
- Susun tokoh dan perwatakan, latar, dan sudut pandang
B. Deskripsi
Karangan
jenis ini berisi gambaran mengenai suatu hal/keadaan sehingga pembaca
seolah-olah melihat, mendengar, atau merasakan hal tersebut.
Karangan
deskripsi memiliki ciri-ciri seperti:
- menggambarkan sesuatu
- penggambaran tersebut dilakukan sejelas-jelasnya dengan melibatkan kesan indera,
- membuat pembaca atau pendengar merasakan sendiri atau mengalami sendiri.
Pola
pengembangan paragraf deskripsi:
- Paragraf Deskripsi Spasial, paragraf ini menggambarkan objek kusus ruangan, benda atau tempat.
Contoh
:
Gurun yang gersang dengan aliran sungai yang turun ke lembah lewat sebuah air terjun di Wadi Rayan laksana air mata Qarun yang menyesali perbuatannya. Sementara danau yang memberi kehidupan bagi ribuan hektar sawah dan ladang di Fayoum bagaikan Ibu yang merawat anaknya siang dan malam.
Gurun yang gersang dengan aliran sungai yang turun ke lembah lewat sebuah air terjun di Wadi Rayan laksana air mata Qarun yang menyesali perbuatannya. Sementara danau yang memberi kehidupan bagi ribuan hektar sawah dan ladang di Fayoum bagaikan Ibu yang merawat anaknya siang dan malam.
- Paragraf Deskripsi Subjektif, paragraf ini menggambarkan objek seperti tafsiran atau kesan perasaan penulis.
Contoh
:
Hatiku berdebur seperti ombak di Hindia sana. Sementara darahku deras mengalir seperti sungai Nil yang pernah kita kagumi bersama. Mataku terpejam dan bibirku kelu tak bersuara, hanya bisikan doa dan tasbih yang terus membumbung ke langit saat lelaki yang menemaniku selama tiga tahun di Mesir akhirnya mengucapkan janji suci pernikahan di depan orang tuaku.
Hatiku berdebur seperti ombak di Hindia sana. Sementara darahku deras mengalir seperti sungai Nil yang pernah kita kagumi bersama. Mataku terpejam dan bibirku kelu tak bersuara, hanya bisikan doa dan tasbih yang terus membumbung ke langit saat lelaki yang menemaniku selama tiga tahun di Mesir akhirnya mengucapkan janji suci pernikahan di depan orang tuaku.
- Paragraf Deskripsi Objektif, paragraf ini menggambarkan objek dengan apa adanya atau sebenarnya.
Contoh:
Wajahnya yang teduh keibuan. Kulitnya yang coklat khas perempuan Jawa yang perawan. Lakunya yang santun dan gemulai tubuhnya yang merayu. Sedang senyumnya yang lebih sering nampak daripada bicaranya membuat siapa saja jadi hormat padanya. Di usianya yang masih dua puluh satu, dia sudah cukup dewasa. Di antara kawan-kawannya dialah yang selalu dituakan. Bukan karena usia, tapi karena wibawa dan ketinggian pribadinya.
Wajahnya yang teduh keibuan. Kulitnya yang coklat khas perempuan Jawa yang perawan. Lakunya yang santun dan gemulai tubuhnya yang merayu. Sedang senyumnya yang lebih sering nampak daripada bicaranya membuat siapa saja jadi hormat padanya. Di usianya yang masih dua puluh satu, dia sudah cukup dewasa. Di antara kawan-kawannya dialah yang selalu dituakan. Bukan karena usia, tapi karena wibawa dan ketinggian pribadinya.
Langkah
menyusun deskripsi:
- Tentukan objek atau tema yang akan dideskripsikan
- Tentukan tujuan
- Mengumpulkan data dengan mengamati objek yang akan dideskripsikan
- Menyusun data tersebut ke dalam urutan yang baik (menyusun kerangka karangan)
- Menguraikan kerangka karangan menjadi dekripsi yang sesuai dengan tema yang ditentukan
Contoh
tulisan deskripsi :
Deskripsi
dalam non fiksi
Malam
yang sepoi di musim panas, saat Ramadhan mulai purnama. Burung-burung dara
bermain ceria di lantai dan atap masjid tanpa ada yang berani mengusik
kebahagiaan mereka. Para peziarah kaum Syi’ah sibuk melantunkan doa ke langit
lewat masjid tua ini. Lantainya yang marmer memantulkan cahaya langit ke setiap
mata yang memandang. Dua menaranya yang teguh menjulang ke langit laksana dua
pengawal yang siap siaga menjaga masjid. Sementara kaum Syi’ah berdoa, kaum
Sunni mempersiapkan jama’ah shalat Tarawih mereka di depan mihrab masjid tua
yang banyak menyimpan memori buatku. Masjid Al Hakim Biamrillah masih tetap
tegar menjaga semua kenangan cinta di malam Ramdhanku bersamanya.
Deskripsi
dalam fiksi
Ruang
makan ada di lantai atas berdekatan dengan kamar tidur orang tua. Di lantai ini
pula terdapat ruangan keempat dari ruangan-ruangan yang ada di rumah itu,
ruangan itu selalu kosong kecuali hanya berisi sedikit mainan yang Kamal
mainkan ketika dia punya waktu untuk bermain.
Pakaian
terserak di sebuah meja yang rendah dan bantal-bantal ada di sekitarnya. Kepala
keluarga datang dan duduk menyilangkan kakinya di ruang utama. Tiga bersaudara
ada di situ juga. Yasin duduk di sebelah kanan ayahnya, Fahmi ada di sebelah
kirinya, sedang Kamal ada di depannya.[2]
C. Eksposisi
Eksposisi adalah salah satu jenis
pengembangan paragraf dalam penulisan yang dimana isinya ditulis dengan tujuan
untuk menjelaskan atau memberikan pengertian dengan gaya penulisan yang
singkat, akurat, dan padat.
Contoh-contoh tulisan eksposisi adalah berita di
koran dan petunjuk penggunaan.
Contoh Wacana Eksposisi
Yang Kedua bagi American Airlines
Jatuhnya pesawat berkapasitas 266 penumpang
airbus A300- 600 merupakan peristiwa kedua bagi American Airlines beberapa
detik lepas landas dari bandar udara internasional O’Hare Chicago, tiba-tiba
mesin kiri lepas dari dudukannya. Pilot tidak bisa mengendalikan pesawat akibat
keseimbangan pesawat mendadak berubah dengan jatuhnya mesin berbobot sekitar 5
ton. Pesawat mendarat dan menghujam tempat parkir kendaraan 31 detik kemudian
dan 271 penumpang plus awak tewas seketika. Kecelakaan lain menyangkut mesin
copot dialami oleh pesawat kargo El-Al milik flag carier Israel, 4 Oktober
1992. Mesin nomor empat atau yang paling ujung pada sayap kanan, tiba-tiba
lepas akibat dua fuse-pin (baut kedudukan mesin) lepas. Disusul kemudian oleh
mesin nomor tiga. Mendadak kehilangan dua mesin, pilot tidak dapat
mengendalikan pesawat dan menabrak gedung bertingkat di Amsterdam, Belanda.
Empat awak tewas berikut 47 penghuni flat yang ditabrak.
Sumber: Kompas, 15 November 2001
Poin-poin penting dalam paragraf/karangan eksposisi
Contoh topik:
- Data faktual, yaitu suatu kondisi yang benar-benar terjadi, ada, dan dapat bersifat historis tentang bagaimana suatu alat bekerja, bagaimana suatu peristiwa terjadi, dan sebagainya
- Suatu analisis atau penafsiran objektif terhadap seperangkat fakta
- Fakta tentang seseorang yang berpegang teguh pada suatu pendirian
Contoh urutan analisis:
- Urutan kronologis/proses, biasanya memaparkan proses, yaitu memberi penjelasan tentang bekerjanya sesuatu atau terjadinya suatu peristiwa
- Urutan fungsional
- Urutan atau analisis sebab akibat
- Analisis perbandingan
Langkah-langkah penulisan:
- Menentukan tema
- Menentukan tujuan karangan
- Memilih data yang sesuai dengan tema
- Membuat kerangka karangan
- Mengembangkan kerangka menjadi karangan
Langkah-langkah Menyusun Paragraf Proses Pola
pengembangan karangan eksposisi bisa bermacam-macam, di antaranya pola
pengembangan proses. Paragraf proses itu menyangkut jawaban atas pertanyaan
bagaimana bekerjanya, bagaimana mengerjakan hal itu (membuat hal ini),
bagaimana barang itu disusun, bagaimana hal itu terjadi. Berikut langkah
penulisannya :
- Penulis harus mengetahui perincian secara menyeluruh.
- Membagi perincian atas tahaptahap kejadiannya. Bila tahaptahap kejadian ini berlangsung dalam waktu yang berlainan, penulis harus memisahkan dan mengurutkannya secara kronologis.
D.
Argumentasi
Argumentasi adalah salah satu jenis pengembangan paragraf
dalam penulisan yang ditulis dengan tujuan untuk meyakinkan atau membujuk
pembaca. Dalam penulisan argumentasi isi dapat berupa penjelasan, pembuktian,
alasan, maupun ulasan obyektif dimana disertakan contoh, analogi, dan sebab
akibat.
Tujuannya adalah agar pembaca yakin bahwa ide,
gagasan, atau pendapat tersebut adalah benar dan terbukti.
Contoh karangan/tulisan argumentasi:
Menurut Iskandar, sudah saatnya masyarakat
mengubah paradigma agar lulusan SMP tidak latah masuk SMA. Kalau memang lebih
berbakat pada jalur profesi sebaiknya memilih SMK. Dia mengingatkan sejumlah
risiko bagi lulusan SMP yang sembarangan melanjutkan sekolah. Misalnya, lulusan
SMP yang tidak mempunyai potensi bakat-minat ke jalur akademik sampai perguruan
tinggi, tetapi memaksakan diri masuk SMA, dia tidak akan lulus UAN karena sulit
mengikuti pelajaran di SMA. Tanpa lulus UAN mustahil bisa sampai perguruan
tinggi. Pada akhirnya mereka akan menjadi pengangguran karena pelajaran di SMA
tidak memberi bekal untuk bekerja.
Sumber : Cerdas Berpikir Bahasa dan Sastra Indonesia
Sumber : Cerdas Berpikir Bahasa dan Sastra Indonesia
Kesimpulan dari paragraf tersebut ialah memilih
SMA tanpa pertimbangan yang matang hanya akan menambah pengangguran.
Dilihat dari struktur informasinya, dalam
paragraf argumentasi akan ditemukan:
- Pendahuluan, bertujuan untuk menarik perhatian pembaca, memusatkan perhatian pembaca kepada argumen yang akan disampaikan, atau menunjukkan dasar-dasar mengapa argumentasi dikemukakan.
- Tubuh argumen, bertujuan untuk membuktikan kebenaran yang akan disampaikan dalam paragraf argumentasi sehingga kesimpulan yang akan dicapai juga benar. Kebenaran yang disampaikan dalam tubuh argument harus dianalisis, disusun, dan dikemukakan dengan mengadakan observasi, eksperimen, penyusun fakta, dan jalan pikiran yang logis.
- Kesimpulan atau ringkasan, bertujuan untuk membuktikan kepada pembaca bahwa kebenaran yang ingin disampaikan melalui proses penalaran memang dapat diterima sebagai sesuatu yang logis.
E. Persuasi
Paragraf persuasi adalah suatu bentuk
karangan yang bertujuan membujuk pembaca agar mau berbuat sesuatu sesuai dengan
keinginan penulisnya. Agar tujuannya dapat tercapai, penulis harus mampu
mengemukakan pembuktian dengan data dan fakta.
Berikut ini langkah-langkah yang
dapat ditempuh bila Anda akan menulis paragraf persuasif.
A. Menentukan Topik dan Tujuan
Dalam Paragraf Persuasif
Dalam paragraf persuasif, tujuan
penulis dapat dikemukakan secara langsung. Misalnya, topik yang dibuat oleh
penulis adalah “Menghidari pengaruh buruk nakotika dan obat-obatan terlarang
lainnya”. Tujuan penulisan yang dapat dirumuskan adalah meyakinkan pembaca
bahwa narkotika dan obat-obat terlarang lain merupakan pembunuh berdarah dingin
yang secara perlahan membawa pecandunya ke liang lahat.
B. Membuat kerangka Karangan
Paragraf Persuasif
Agar susunan tulisan persuasif itu sistematis dan logis, kerangka tulisan perlu mendapat perhatian dalam perumusannya.
Susunan pembahasan yang tepat untuk
paragraf persuasif adalah susunan logis dengan urutan sebab akibat. Dengan
pembahasan seperti ini, pembaca langsung dihadapkan pada masalah yang sedang
dibahas.
Contoh kerangka tulisan persuasif
dengan topik “Menghilangkan pengaruh buruk narkotika dan obat-obat terlarang
lain” ialah sebagai berikut.
Kerangka Tulisan Persuasif
1. Hakikat Narkotika dan Obat-obat Terlarang
1.1 Pengertian narkotika dan obat-obat terlarang
1.2 Jenis narkotika, bentuk, dan harga
1.3 Efek masing-masing jenis narkotika bagi tubuh
2. Latar Belakang Pecandu Narkotika
2.1 Frustasi
2.2 Broken home
2.3 Ingin disebut modern
2.4 Sebab-sebab lain
3. Pengaruh yang Ditimbulkan oleh Narkotika
3.1 Pengaruh narkotika terhadap kondisi fisik dan kejiwaan pecandu
3.2 Pengaruh narkotika terhadap masa depan pecandu
3.3 Pengaruh narkotika terhadap masyarakat
4. Cara Penanggulangan yang Mungkin Dilakukan
4.1 Menghilangkan hal-hal yang menjadi penyebab terjerumusnya seseorang ke dalam dunia narkotika
4.2 Meningkatkan kerja sama antara orang tua-gurukepolisian dalam memberantas narkotika
1. Hakikat Narkotika dan Obat-obat Terlarang
1.1 Pengertian narkotika dan obat-obat terlarang
1.2 Jenis narkotika, bentuk, dan harga
1.3 Efek masing-masing jenis narkotika bagi tubuh
2. Latar Belakang Pecandu Narkotika
2.1 Frustasi
2.2 Broken home
2.3 Ingin disebut modern
2.4 Sebab-sebab lain
3. Pengaruh yang Ditimbulkan oleh Narkotika
3.1 Pengaruh narkotika terhadap kondisi fisik dan kejiwaan pecandu
3.2 Pengaruh narkotika terhadap masa depan pecandu
3.3 Pengaruh narkotika terhadap masyarakat
4. Cara Penanggulangan yang Mungkin Dilakukan
4.1 Menghilangkan hal-hal yang menjadi penyebab terjerumusnya seseorang ke dalam dunia narkotika
4.2 Meningkatkan kerja sama antara orang tua-gurukepolisian dalam memberantas narkotika
C. Mengumpulkan Bahan Untuk Paragraf
Persuasif
Bahan dapat diperoleh melalui
kegiatan pengamatan, wawancara, dan penyebaran angket kepada responden.
Pada saat mengumpulkan bahan, kita
dapat membuat catatan, baik kutipan langsung maupun tidak langsung, yang
nantinya dapat dijadikan sebagai barang bukti
.
Contoh.
Peneliti mengungkapkan bahwa sebab-sebab seseorang dapat terjerumus ke dalam dunia narkotika: 45% broken home, 20% frustasi, 17% ingin disebut modern, dan sisanya karena sebab lain (Sukartono, 1987:45)
Contoh.
Peneliti mengungkapkan bahwa sebab-sebab seseorang dapat terjerumus ke dalam dunia narkotika: 45% broken home, 20% frustasi, 17% ingin disebut modern, dan sisanya karena sebab lain (Sukartono, 1987:45)
Artinya:
Data tersebut diperoleh dari buku karangan Sukartono yang diterbitkan pada tahun 1987, halaman 45.
Data tersebut diperoleh dari buku karangan Sukartono yang diterbitkan pada tahun 1987, halaman 45.
D. Menarik Kesimpulan dari Paragraf
Persuasif
Penarikan kesimpulan dalam suatu
karangan persuasi harus kitalakukan dengan benar agar tujuan kita tercapai.
Suatu kesimpulan dapat dibuat apabila data yang diperoleh telah dianalisis.
Penarikan kesimpulan dapat dilakukan dengan cara induksi atau deduksi.
Contoh:
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di beberapa kota besar di Jawa Barat dapat dikemukakan ciri-ciri seorang pecandu narkoba adalah ....
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di beberapa kota besar di Jawa Barat dapat dikemukakan ciri-ciri seorang pecandu narkoba adalah ....
E. Penutup Paragraf Persuasif
Pada bagian ini penulis mengajak pembaca untuk waspada dan hati-hati agar tidak terjerumus ke dalam dunia narkotika dan menjauhi narkotika yang berbahaya bagi kesehatan fisik dan jiwa.
Contoh paragraf persuasif :
·
Kita
semua mengetahui bahawa kondisi lingkungan Kota Jakarta sudah sangat
memprihatinkan. Banyak sekali sungai yang kotor akibat pembuangan limbah yang
tidak teratur serta pencemaran udara akibat asap kendaraan bermotor yang
semakin banyak. Ini semua dapat menyebabkan gangguan bagi makhluk hidup di Kota
Jakarta, temasuk manusia. Pernapasan kita dapat terganggu dan keindahan Kota
Jakarta tercemar. Oleh karena itu, alangkah baiknya jika kita sebagai penduduk
Kota Jakarta berusaha untuk melestarikan lingkungan kota ini dengan berbagai
macam usaha. Di antaranya adalah dengan penghijauan, pembuatan taman kota, dan
pelarangan membuang sampah di sembarang tempat. Ini semua dapat mengendalikan
keindahan Kota Jakarta.
·
Dalam
diri setiap bangsa Indonesia harus tertanam nilai cinta terhadap sesama manusia
sebagai cerminan rasa kemanusiaan dan keadilan. Nilai-nilai tersebut di antaranya
adalah mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya,
mengembangkan sikap tenggang rasa dan nilai-nilai kemanusiaan. Sebagai sesama
anggota masyarakat, kita harus mengembangkan sikap tolong-menolong dan saling
mencintai. Dengan demikian, kehidupan bermasyarakat dipenuhi oleh suasana
kemanusian dan saling mencintai.
·
Kata
orang bijak, dengan seni, hidup ini menjadi bertambah indah. Dengan ilmu
pengetahuan dan teknologi, hidup menjadi mudah. Akan tetapi, yang membuat kita
terarah adalah agama. Agama adalah kata kunci dalam kehidupan. Masyarakat
Tarakan adalah masyarakat heterogen. Di sana ada pemeluk Islam, Kristen,
Katolik, Buddha, dan Hindu. Marilah kita berjalan bersama karena Islam
mengajarkan pentingnya hablum minanas. Dalam konteks kita sebagai mayoritas,
marilah umat Islam menjadi suri teladan yang baik bagi umat agama yang lain.
·
Kita
mewajibkan anak-anak muslim mengikut TK Al- Quran. Sebelumnya, guru-guru TK
sudah diberikan insentif. Dulu besarnya Rp25 ribu per orang, sekarang sudah
Rp100 ribu dan mudah-mudahan tahun ini bisa dinaikkan lagi. Begitu juga,
madrasah-madrasah tsanawiyah, aliyah, dan lainnya kita bantu. Yayasan yang
bersifat keagamaan marilah kita dukung. Ini semua dimaksudkan supaya masyarakat
lebih berkiprah dalam memajukan pembangunan. Intinya, pemerintah harus mampu
memberikan pelayanan dasar kepada masyarakat. Mulai dari peningkatan mutu
pendidikan, kesejahteraan guru, pengelolaan air bersih, pelestarian lingkungan,
hingga sarana dan prasarana transportasi.
Sign up here with your email
ConversionConversion EmoticonEmoticon